Kamis, 27 Agustus 2020

THEO TORAN LAYAR

Prolog : 

Beliau adalah seorang kakak kandung dari opa Theodorus Attaladjar ( ayahnya papa saya ). Entah kenapa, kebetulan, nama kampung saya memakai nama opa Toran ini. ada perasaan bangga, dan sedikit berat.. karena jejak beliau bukan orang sembarangan. dan merupakan pelopor dari LEMBATA.

Tahun 2017 saya pernah pulang kampung. dan saya satu2nya dari keluarga papa yang pernah menginjakan kaki di sana, setelah berpuluh tahun tidak pernah pulang dan masuk ke dalam rumah adat.

saya bertemu dengan Oma Gelu, atau istri kedua dari Opa Toran. dan ternyata, ada yang mewawancarai beliau, yaitu om thomas, berikut wawancaranya. 

 WAWANCARA MAMA GELU TTG

BAPAK THEO TORAN LAYAR
PIMPIN LEMBATA,
DAN DARAH TUAN BEEKER

Saat itu 8 Maret 2011. Mampir ke rumah Mama Gelu di Kota Baru, Lewoleba. Sengaja tidak mau perkenalkan diri dulu. Soalnya status saya anak, sementara mama Gelu masih saudara dan sangat dekat dengan mama saya. Kalau saya kenalkan diri duluan, saya sudah tau akibatnya......pasti semua kata manis-manis sedap, langsung keluar semua, dan wawancara bisa berantakan. Pasalnya status anak tadi , apalagi sejak kecil tak pernah ketemu. Teman saya perkenalkan bahwa saya wartawan dari Jawa, mau omong-omong sedikit dengan Mama Gelu.Mungkin saya ada tampang Jawa dikit eee,hehehe.

Strategi ini mempan dan berhasil. Wawancara dengan mama Gelu berjalan lancar tentang dua hal. Pertama tentang Bapak Theo Toran Layar sebagai Koordinator Persiapan Koordinatoschap Lembata.
Kedua tentang pengalaman imannya saat terbunuhnya Pater Henricus Conradus Beeker,SVD di Watuwawer, Kamis 19 April 1956.

Panjang lebar mama Gelu berkisah tentang pengalamannya mendampingi Bapak Theo Toran Layar, saat menjabat sebagai Koordinator Persiapan Koordinatorschap Lembata sejak 1 Juli 1967 hingga 1968. Sebagai pemimpin Lembata ia membawahi 6 Kecamatan yang baru dimekarkan. Dan untuk pertama kali nama Lembata digunakan secara resmi dalam bidang pemerintahan yakni Koordinatorschap Lembata, Bukan Koordinatorschap Lomblen.
Dengan demikian Bapak Theo Toran merupakan pimpinan pemerintahan Lembata pertama, karena sebelum.beliau, Lembata masih bernama Lomblen.

Setelah itu beliau digantikan oleh Koodinatorschap Lembata definitip Bapak Hendrikus Antonius Labina ( 1968-1971); Drs.Boli Toby (1971-1975).
Setelah era Koordinatorschap menyusul era Pembantu Bupati Flores Timur Wilayah Lembata yang dipimpin oleh Soemarmo,SH (1975-1979); Drs.PB.Letor (1979-1984; Drs.Antonius Patimangoe ( 1984-1989), Drs.Philipus Riberu ( 1989-1994); Drs.Stefanys Sengaji Betekeneng ( 1994-1996) dan Drs.Stanis Atawolo (1996-1999). Kemudian menyusul era Kabupaten sejak Oktober 1999 sampai sekarang.

Mama Gelu juga cerita tentang peran rakyat Lembata yang berswadaya dan bergotong royong mendukung pembangunan gedung kantor pemerintah dan rumah jabatan. Ia cerita bagai mana orang yang datang ke pasar Lewoleba, wajib bawa batu dan pasir untuk bangun kantor pemerintah dan rumah jabatan, sebelum terus ke pasar. Kalau tidak bawa batu dan pasir, tak boleh masuk ke pasar.
Juga bagaimana peran Bapak
Muhammad Ali Rayabelen juga baba Kolim ( Sun Kui Liem atau Alfian Lembata), sebagai mitra pemerintah saat itu dalam membangun kantor dan rumah jabatan tersebut.

******

Tobotani Ratapi Tuan Beeker,..... Tobotani Dipanggil Jadi lmam

Tentang Pater Beeker, Mama Gelu punya kisah khusus. Kejadian itu baru dua tahun setelah Statement 7 Maret 1954 di Hadakewa. Saat itu Mama Gelu ketua Konggregasi Santa Anna di Watuwawer.
Malam itu 19 April 1956 ia langsung ke pastoran mau lihat sendiri bagaimana kondisi Pater Beeker setelah dibunuh. Ia menyaksikan sendiri darah pastor kesayangan umat paroki Lerek mengalir lalu tergenang. Ia Menangis sejadi-jadinya terus berubah pecah jadi ratapan pilu.

Sambil meratap , dengan sebuah saputangan yang tebal, ia mengambil gumpalan darah yang telah membeku. Diam - diam ia membungkusnya dan meminta saudaranya L.Ema dan M.Tuto untuk menjaganya. Darah Pater Beeker itu mereka lalu simpan di rumahnya, sebagai tanda dan keinginannya yang tidak mau terpisah dan kehilangan gembala tercintanya.

Sementara Bapak Theo Toran Layar saat itu adalah sosok seorang pemimpin muda yang gesit ,cerdas dan berwibawa, mampu mengendalikan suasana yang sempat memanas sebagai akibat dari tragedi berdarah tersebut.
Beliau langsung kontak dengan Guru Yohanes Baha Tolok di Waiwejak, Guru Beleta Tolok di Lerek serta Guru Petrus Gute Betekeneng di Labala, untuk mengambil langkah cepat selanjutnya.
Sepanjang malam ia tak bergeming dari sisi jenasah Pater Beeker sambil menenangkan massa yang sangat emosional , sampai jenasah Pater Beeker dibawa ke Labala lalu ke Lamalera, selanjutnya dengan peledang dibawa ke Larantuka untuk dimakamkan.
Peran Kakang Ibrahim Mayeli dari Labala serta Kakang Bao Dasion dari Lamalera sungguh besar saat itu, dalam mengambil keputusan.
Demikian sepenggal kisah hasil wawancara langsung dengan saksi sejarah, Mama A.Gelu Toran Layar tentang suaminya Bapak Theo Toran Layar, serta Gembala tercintanya Pater Henricus Conradus Beeker,SVD.
Ratap tangis mama Gelu sambil duduk ( Tobotani).lantaran kehilangan imam yang dicintai umat Lerek, didengar Tuhan. Seorang puteranya dipanggil dan dipilih Tuhan menjadi Imam yakni.Romo Hengky Tobotani Ladjar,Pr, yang jadi gembala umat di Keuskupan Sintang,Kalimantan.
Terima kasih banyak Ina Gelu. Kisahmu akan tercatat abadi.
Selamat dan Semangat Pagi Salam Sehat, semua Saudara dan Sahabat Tercinta, sambil menantikan kisah selengkapnya. GBU All."**